Suku Sasak di Desa Sade Lombok-
HomeLombok9 Hal Menarik Suku Sasak di Desa Sade Lombok Termasuk Tradisi “Kawin Culik”
Lombok

9 Hal Menarik Suku Sasak di Desa Sade Lombok Termasuk Tradisi “Kawin Culik”

Perjalanan hari pertama kami di liburan panjang kali ini diawali dari Desa Sade Lombok atau Sade Village. Sebelumnya aku udah share itinerary Lomobok 5 hari 4 malam yang bisa kalian baca dulu biar lebih terstruktur ya.

Belum banyak hal yang kami ketahui dari Desa Sade Lombok ini bahkan sampai kami sampai di area parkirnya. Untungnya juru parkir memberikan info kalau nggak ada tiket masuk ke Sade Village.

Namun kita harus didampingi oleh minimal 1 tour guide yang akan mengajak kita berkeliling desa dan menjelaskan setiap sisi desa beserta bagaimana adat suku sasak yang tinggal di sana.

Berapa Tiket Masuk Desa Sade Lombok?

Tiket masuk ke Desa Sade Lombok nih murah loh, seingetku cuma Rp10.000 per orang. Setelah masuk, kita akan langsung disambut oleh tour guide yang merupakan warga lokal. 

Tour guide ini selain akan mengajak berkeliling dan menjelaskan tiap sudut desa, mereka juga bersedia menjadi juru foto kita loh biar sering masuk inframe. Wkwkw.

FYI, tour guide ini tidak mau mematok tarif khusus, kita dibiarkan memberikan imbalan jasa secara sukarela. Selayaknya menurut kita, gitu katanya.

Sebenarnya buat orang yang kadang “nggak enakan” kayak kami, kalau nggak dipatok tarif yang jelas tuh kami malah bingung mau kasih berapa. You know what I mean kan? Haha. Kami pun sempat berbisik lirih membahas imbalan yang akan kami kasih di akhir tour. wkwkw

Kami didampingi seorang warga bernama Amaq Eva yang sedari awal sangat bersemangat mengenalkan seluk beluk Desa Sade. Arti Amaq sendiri maksudnya adalah sapaan “Bapak”, sedangkan Eva adalah nama anaknya, jadi Amaq Eva adalah “Bapaknya Eva”. 

Kebiasaan warga Sade memang katanya memanggil laki-laki dewasa demikian, sedangkan untuk Ibu dipanggilnya “Inaq”

Amaq Eva ini asli lahir dan besar di Desa Sade, sudah menikah dan punya anak. Perihal pernikahan ini, Amaq Eva melanjutkan ceritanya tentang adat di Desa Sade Lombok yang juga beliau lakukan sebagai salah satu proses menuju pernikahan yaitu Kawin Culik. 

Disclaimer:

Adat adalah aturan atau kebiasaan yang udah dilakukan oleh penduduk tertentu sejak dulu dan dianggap sebagai kebudayaan, jadi meski mungkin bagi kita yang bukan warga setempat terdengar cukup aneh or something, baiknya tetap kita hargai saja dan tidak perlu didebat lebih jauh ya.

Tentang Desa Sade Lombok dan Adat Suku Sasak

Sambil mengelilingi jalan kecil di padatnya rumah adat suku Sasak di sana, banyak hal menarik yang diceritakan oleh Amaq Eva pada kami. Sambil tak lupa mengabadikan momen dalam foto dan video, kami terus menyimak pemaparannya. Ada beberapa poin yang bisa ku rangkum, semoga nggak misleading ya.

1. Makna Desa Sade

Dalam bahasa sanskerta, Sade artinya adalah obat. Usia Dusun Sade sudah cukup tua yaitu sudah ditinggali oleh 15 generasi atau sekitar 300 tahun yang lalu. 

Penduduk di Desa Sade Lombok saat ini sekitar 700 orang yang konon katanya masih satu garis keturunan karena kebanyakan mereka menikah dengan sepupu dan sebagainya untuk meneruskan garis keturunan. 

Meski begitu, menurut Enaq Eva, bukan berarti mereka menolak pernikahan dengan orang di luar desa Sade. Namun sepertinya banyak dari mereka yang punya kesadaran sendiri untuk mempertahankan garis keturunan yang selama ini dipegang leluhur.

2. Adat Kawin Culik yang Unik

Tradisi pernikahan di Suku Sasak disebut “Merariq” atau Kawin Culik (woooowww!). Tradisi ini diawali dengan Midang atau istilah saat pihak laki-laki main ke rumah si perempuan. 

Suku Sasak di Desa Sade Lombok

Tak seperti masyarakat modern saat ini yang ada istilah pacaran jika laki-laki dan perempuan saling suka, bahkan diajak main kemana-mana, masyarakat Suku Sasak tidak melakukan hal demikian.

Ketika si lelaki merasa serius dengan si wanita mereka akan melakukan “Ngumbuq” atau memberikan tanda cinta misalkan memberikan sabun. 

Seperti orang jawa, Suku Sasak juga memiliki musim-musim atau bulan-bulan yang dianggap baik untuk menikah yaitu setelah lebaran atau selesai panen. 

Saat si lelaki menyatakan perasaan dan mengajak si gadis menikah, lalu si gadis menerima, maka pernikahan bisa dilakukan segera.

Namun jika di gadis menolak secara halus misal dengan jawaban “nanti aja sebulan lagi ata habis panen”, maka hal seperti inilah yang menjadi awal tradisi kawin culik.

Ada peran mak comblang yaitu teman dari si laki-laki dan si gadis yang akan bekerjasama untuk menculik atau membawa si gadis. Keesokan harinya, pihak lelaki akan mengutus seorang yang “netral” artinya bukan dari keluarga lelaki atau perempuan yang akan memberitahu orang tua di gadis bahwa anaknya telah di culik oleh si lelaki tadi malam. 

Tiga hari berturut-turut setelah mendapat wali maka mereka akan dinikahkan secara islam. Jadi prinsip Kawin Culik di sini katanya “cinta akan datang setelah berumahtangga”, uhuuyyyyy.

Setelah itu akan diadakan acara “Sorong Serah Aji Krama” atau tata cara pernikahan adat yaitu prosesi pembayaran mahar berupa kain, keris, uang logam dan sebagainya yang jumlahnya sudah ditentukan.

Dan proses paling akhir adalah “Nyongkolan” atau iring-iringan pengantin. Jadi pengantin akan dihias bak Raja dengan diiringi “Gendang Beleq” untuk memanggil warga guna menyaksikan prosesi “Nyongkolan” dan penanda penganti telah resmi menikah.

Ketika sudah diculik, maka hubungan lelaki dan perempuan sudah tidak bisa diganggu gugat. Konon, jika ada yang melanggar dan menyebabkan kericuhan bisa berakibat fatal bahkan berhubungan dengan nyawa. Hal ini merupakan hukum adat yang dihargai oleh semua Suku Sasak di Desa Sade.

3. Rumah Adat Desa Sade Lombok Berlantaikan Tanah dengan Struktur Bangunan yang Khas

Kami diajak berkeliling oleh Enaq Eva untuk melihat bagaimana bentuk rumah adat dan aktivitas warga di Dusun Sade. Hal yang paling mencolok adalah atap dari rumah adat di sini yang dibuat dari alang-alang yang surprisingly bisa bertahan katanya sampai 7-10 tahunan loh. 

Meski hujan besar katanya juga nggak akan bocor asal pemasangannya benar dan rapat. Nah kalau sudah ada tanda-tanda bocor maka saat itulah atap harus diganti.

Dan saat musim panas seperti saat aku ke Lombok kemarin, ternyata panas matahari nggak akan banyak masuk ke rumah, jadi di dalam rumah nggak terasa panas bahkan tetep terasa sejuk.

Berdinding anyaman bambu, bangunan rumah di sini dinamakan Bale Tani atau rumah petani, hal ini sesuai dengan mata pencaharian utama warga Desa Sade Lombok yang sebagai petani. Tinggi pintu di rumah Bale Tani dibuat agak rendah katanya gar setiap orang yang masuk ke rumah akan saling menghormati.

Tak banyak ruang dalam rumah Bale Tani karena dibuat sesuai kebutuhan warga. Ada dapur dan juga Sesangkok atau ruang tengah/ruang tamu. Orang-orang di sini sampai sekarang masih memasak dengan kayu bakar gaes.

4. Cara Membersihkan Lantai dengan Kotoran Sapi/Kerbau (??) 

Pondasi rumahnya dari tanah dicampur dengan kulit padi dan dipel seminggu sekali dengan kotoran sapi atau kerbau yang masih fresh ya, hihi.

Buat kita mungkin agak aneh ya, tapi mereka terbiasa dengan ini. Saat kami tanya “apa nggak bau”, katanya selama kotoran kerbau masih baru dan langsung dipakai buat ngepel, aromanya akan cepat hilang.

Ternyata mengepel lantai dengan kotoran kerbau juga bukan tanpa alasan. Konon, cara ini membuat bangunan mereka lebih kuat, untuk mengurangi nyamuk dan lalat karena nggak berani masuk, juga dipercaya oleh warga sebagai tolak bala juga.

5. Jumlah Rumah yang Tidak Bertambah

Suku Sasak di Desa Sade Lombok

Katanya, rumah di Desa Sade Lombok ini tidak akan banyak bertambah karena rumahnya selalu diwariskan, dan pewaris rumah adalah anak laki-laki yang paling kecil atau bungsu. Sedangkan anak laki-laki yang lebih tua diperbolehkan membuat atau mempunyai rumah sendiri di Desa Sade Luar yang sudah terdapat perluasan sampai 8 kampung. Dan jika tidak memiliki anak laki-laki, maka yang akan mewarisi rumah adalah anak laki-laki dari saudara.

6. Wanita Harus Bisa Menenun Sebelum Menikah

Adat lain yang masih dipegang sampai sekarang juga adalah keharusan seorang wanita untuk bisa menenun sebelum menikah. Mereka menenun dengan benang kapas yang hasilnya bisa digunakan untuk membuat pakaian sehari-hari atau dijual sebagai cinderamata.

Yang bikin salut, proses pembuatan kain-kain tenun ini ada yang sampai berbulan-bulan karena dilakukan manual dengan tangan, warnanya pun menggunakan pewarna alami dari tumbuhan. Nggak kaget kalau harganya terbilang mahal. Jadi kalau berniat cari buah tangan di sini, jangan nawar terlalu kejam ya gaes!

7. Keyakinan

Warga Desa Sade Lombok memeluk agama islam, ada masjid di sini dan anak-anak juga pergi ke sekolah dan mengaji setiap sore. 

8. Mata Pencaharian dan Kebiasaan Warga Setempat 

Jarang ada warga Desa Sade yang merantau ke luar Lombok. Wanita di sini menjadi ibu rumah tangga atau jika mau, bisa bikin kerajinan untuk dijual ke wisatawan. Sedangkan mata pencaharian utama warga khususnya lelaki adalah menjadi petani atau beberapa orang menjadi tour guide seperti Enaq Eva.

Bangunan dengan atap yang menjulang di sini adalah lumbung padinya. 1 lumbung padi digunakan untuk 8 keluarga. Mereka ini hanya panen satu tahun sekali dan hasil panennya disimpan di bagian atas. Dan setiap tiang dari lumbung padinya dibuat semacam penangkal tikus agar padi yang disimpan tak dimakannya.

9. Tidak Haus akan Gemerlap Dunia Luar

Warga Desa Sade Lombok tidak menutup diri dari perkembangan dunia luar, tapi yang aku tangkap mereka juga nggak yang haus akan gemerlapnya dunia di luar desa. 

Mereka seperti merasa cukup dengan kehidupan yang mereka jalani sehari-hari bersama warga lain di Desa Sade. Bertani dan hasilnya cukup untuk makan, menenun dan hasilnya cukup untuk dipakai sendiri atau dijual. Rumah yang sederhana tapi terasa cukup dengan hangatnya keluarga di dalamnya. Ada kesenangan sendiri melihat mereka begitu bersyukur dengan semua yang dimiliki. 

Semoga kita juga bisa merasa bersyukur dengan semua yang kita miliki dan upayakan ya! Alhamdulillah banyak hal positif yang aku dapatkan dari liburan kali ini. Jadi bisa lebih menghargai cara hidup orang lain. Sama seperti kita juga kan ingin dihargai orang lain pula.

Dah sekian dulu cerita perjalanan kami di destinasi Lombok pertama kami. Setelah dari Desa Sade, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya dengan mobil sewaan yang kami bawa. Jangan lupa ikuti kami terus, masih banyak yang mau ku ceritakan tentang Lombok yang super awesome ini.

—-

Jangan lupa juga ikuti kami di platform berikut biar nggak ketinggalan rekomendasi tempat makan, café, dan destinasi wisata

With Love

Rini & Eriec

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like